»

Saturday, July 20, 2013

Yang Terjadi Hari Ini

Hari ini saya 'membeberkan' lagi ke beberapa orang. Tentang kejadian-kejadian yang menjadi momok  bagi diri saya selama ini. Saya merasa gagal untuk membina diri saya sendiri waktu itu. Mungkin banyak orang nanya kenapa saya kok bego banget berbuat hal-hal yang kaya gitu. Disini saya mau membagi cerita kalo ada nilai dibalik kegagalan. Waktu itu ada yang bilang, kalo saya jujur saya akan kehilangan semuanya, saya akan kehilangan dunia yang terkadang bisa membuat saya 'senang'. Tapi saya melihat itu sebagai suatu ujian untuk menjadi yang lebih baik, untuk lebih bersyukur melihat realita yang ada. Dan hari ini saya memberanikan lagi untuk men-jujur-kan semuanya setelah sekian lama menghilang. Hasilnya? Ya memang ga bagus, tapi semua itu adalah resiko yang harus ditanggung. Kalau kejadian itu enggak pernah terjadi, kita enggak akan bisa melihat diri kita sendiri, sebagaimana Allah melihat kita. Saya percaya, Allah menciptakan manusia ke dunia pasti punya tujuan yang spesial. Allah itu maha penyayang yang luar biasa. Saya mencoba melihat semua kesalahan dan kegagalan yang saya dapetin. Dan dari situ saya belajar mengenal diriku sendiri dan mulai lebih mengenal Allah.

Saya menginginkan semuanya secara perfek, ideal, dan berjalan seperti apa yang saya mau. Alur cerita, dunia, persahabatan, cinta, semuanya harus ada seperti yang ada di gambaran saya, mau nya saya, suka tidak menghargai sesuatu. Jadilah hal-hal tersebut. Membohongi beberapa orang yang mungkin memiliki perasaan yang tulus sama saya demi kepuasaan 'dunia' sendiri. Dan kemudian Allah marah dan memberi ujian sebagai bentuk rasa sayangnya. Disaat-saat terpenting dalam hidup saya, suatu saat saya dipermainkan oleh orang yang paling saya sayang. Saya akui, saya banyak belajar dari situ, Allah menampar saya dengan cara halus yang bikin saya jadi melemparkan semuanya ke diri saya "oh gini loh rasanya disakitin. mungkin itu yang mereka rasain ke aku. rasanya sakit sekalii". Dan Allah memang Maha Baik, dia mengembalikan semua itu walaupun meninggalkan sakit yang luar biasa. Saya mesti heal, menjernihkan diri saya dari keterkungkungan yang saya ciptakan sendiri.

Akhirnya, saya jadi lebih banyak introspeksi dan mengeluh sama Allah. Saya mencoba mengeluarkan luka-luka dalam diri saya. Membuka semua topeng dan plester dalam tubuh saya karena sebelumnya saya mencoba tutup semua luka tersebut pakai plester. Kadang kalau kita sakit hati, kita sering ingin melupakannya, jangan dirasain. Tapi, ini luka masih sakit, masih borok dan bernanah. Tapi ditutup pakai plester yang tebal biar enggak kelihatan dan diemin aja pura-pura lupa. Itu yang saya lakuin.

Tapi satu, kita bohong sama diri sendiri karena rasa sakitnya masih berasa. Kedua, luka itu makin bernanah dan beleleran dari plesternya. Nah itu yang saya rasakan. Saya pengen konseling dengan Allah dengan cara plester itu aku buka. Justru dengan melihat ada luka disitu, saya jadi bisa nerima. Pelan-pelan saya bisa lihat luka itu, bersihkan dengan air dan cinta dari orang sekeliling. Lama kelamaan luka itu akan sembuh sendiri.

Kalau ditanya, "Mau enggak balik ke zaman dulu dan menghapus masa diamana saya menjadi diri orang lain?" Saya bakal bilang enggak mau. Kalau misal saya balik lagi ke masa itu dan mengulang lagi ya enggak apa-apa. Karena itu emang harus terjadi. Lebih baik terjadi saat itu saat saya belum menjadi ibu. Saya mau mengajarkan banyak hal baik yang saya pelajari sekarang, asam manis pahit hidup yang pengalamannya ga akan pernah tergantikan sama anak-anak saya kelak.

Semua orang punya titik balik dalam hidupnya. Masa dimana keluar sesuatu dan meledak dalam hidupnya. Masa itu jadi ujian dari Allah. Kalau itu enggak pernah terjadi, saya enggak akan pernah jadi lebih baik. Saya malah mensyukuri hal itu. Ya hari ini memang luar biasa. Ikhlaskan semuanya Ya Allah. Bismillah...



Bukan cinta jika tak meneteskan airmata karena sedih luar biasa atau bahagia tak terhingga.


Love,
Aya



Friday, July 5, 2013

Memanggilmu Ilalang


Lalu, begini. Kini saya ada di belakang netbook ini dan menulis tentangmu. Saya harap kamu tidak merasa keberatan dengan nama barumu dan semoga kamu suka.

Ada cangkir berisi teh rasa lemon di depan saya dengan gula yang tidak saya aduk. Kenapa tidak diaduk? Saya malas mengaduknya? Biarkan ia larut sendiri. Sama seperti cinta, kadang kamu harus biarkan cinta itu larut.

Lalu saat ini saya sudah larut ke dalam matamu yang hitam dan bibirmu yang tertawa. Saya begitu terbius dengan kata-kata dalam tulisan-tulisanmu, yang begitu indah. Apalagi ketika kau menggambarkan-- ah sudahlah.

Kamu tahu saya suka hujan, lalu saya begitu tergila-gila denganmu-- Kamu begitu memesona saya. Kamu buat saya jatuh cinta lagi terhadap kehidupan, rasa ini membuat saya begitu sembuh --sembuh total.

Untuk menjalani kembali hari-hari saya. Entah kenapa saya merasa begitu tolol, saya tidak bisa memilikimu. Dengan banyak alasan. Semoga ini tidak berlebihan.

Tapi tidak apa, saya mau mencinta. Dan kamu tetaplah di sana, tetaplah dengan keberadaanmu, tetaplah seperti sedia kala, seperti sebelum saya menemukanmu di balik rumput hijau.

Lalu, saya memanggilmu ilalang. Kalau kamu tanya? Kenapa saya memanggilmu ilalang. Karena kamu tumbuh liar diantara rumput hijau.

Kamu datang dengan liar lalu memesona. Begitu saja.