Di jalan yang setapak, di rimbun antara pohon talok dan cemara saya ingin cepat melaluinya
Seakan terkejar gelap dan dingin yang mulai merambat, saya berselimutkan angin malam
Saya masih menyalakan ada setumpuk rindu yang menghangatkan jari jari kaki dan hati
Kalau kau kembali suatu saat nanti, datanglah dengan bulan di matamu
Bulan yang selama ini mencuri malam-malamku
Dengan tenang telaga di air muka mu
Yang lebih memabukan dari anggur sekalipun
Berbisiklah sampai ranting, daun tergerak
Suara seruling malaikat terindah yang pernah saya dengar
Pastikan saya masih menyambutmu dengan senyuman.
Sudah lama, masih berapa lama lagi.
Hanya tinggal melangkah di pasir ini saja
Berputar-putar ingin keluar tapi saya menikmati kesendirian ini
Pasir yang putih dingin dan mematikan rasa, sama sepertimu
Mematikan rasa...
Membuat hilang hangat di jari kaki
Serpihan pasir seakan tidak bisa menghangatkanku di senja ini
Membuat kosong hangat di hati.
Kalau kau pergi tetaplah pergi dengan bulan di matamu
Tenanglah seperti tenangnya kunang kunang di malam hari
Bersinar dengan terang namun tidak bersuara
Membuat teduh manusia yang melihatnya
Setidaknya dalam malam masih ada cahaya yang hangat
Kalau kau membutuhkanku
Berteriaklah sampai batu batu itu tergetar
Sedang bersama asap yang terkepul saya berhenti melangkah menghampirimu
Tapi sepertinya saya berhenti mengganggumu dan memikirkanmu
Karena saya pernah berjanji merelakanmu
Dan merelakanmu membuat saya mampu merelakan apa pun.
I can forgive you but can never forget you, because forgetting you would mean forgetting everything that you taught me. Because I remember every word you said. It all just keeps spinning all around in my head. And the lessons are too precious to forget. But it doesn't matter what I try to do, I keep on forgetting to forget about you...
No comments:
Post a Comment