Monday, April 1, 2013
Hujan yang Kurang Ajar!
Ah! Tidak bermaksud untuk menyumpah-serapahi sang hujan. Dalam lamunan ketika hujan, saya selalu memikirkan sesuatu yang random. Hubungan-hubungan yang telah lalu. Wajah kekasih yang kemarin, yang telah pergi meninggalkanku. Lalu bau tubuhnya. Dan kenangan.
Dan katanya ketika hujan turun selalu membawa banyak memori berhamburan di kepala. Memori-memori itu lalu mengepul-ngepul seperti hangatnya kopi yang baru saja disajikan. Mereka tiba-tiba muncul seperti baru.
Seperti baru kemarin kamu mengalaminya. Tetapi mereka datang begitu saja berhamburan di kepalamu. Mungkin tepat ketika banyak orang mengatakan bahwa ketika hujan, itu akan menjadikan kita lebih melankolis daripada biasanya.
Ya, ini soal kekasih. Berulang-ulang kali saya selalu diingatkan oleh Ibu, bahwa hati-hati memilih kekasih. Hati-hati ketika jatuh hati. Karena ini bukan persoalan yang sederhana. Bahwa seringkali cinta selalu mengubah manusia menjadi seseorang yang tidak menyenangkan. Dan hal ini memang benar adanya ketika, urusan hati yang tidak benar itu akan membuat kita juga akan rungsing di luar.
Lalu suatu ketika aku bertanya kepada Ibu. Apa Ibu juga pernah rungsing soal cinta. Iya katanya. Waktu itu ketika Bapak sedang bertugas menjaga perbatasan di Timor Timur, Ibu sempat punya teman dekat laki-laki selain Bapak. Tetapi yang sayangnya dia yang dekat itu terlambat untuk melamarnya. Jadinya Ibu menikah dengan Bapak tak lama sekembalinya Bapak ke Jakarta dari tugasnya. Kalau waktu itu Ibu menikah dengan “Om-Siapa-Itu-Namanya” mungkin sekarang ini tidak ada saya.
Jadi sebenarnya persoalan dulu itu sederhana saja. Hanya soal siapa cepat dan dia yang dapat. Begitu pikir saya. Sedangkan sekarang lebih sulit. Bukan masalah siapa cepat. Tetapi siapa yang bisa meyakinkan.
Laki-laki yang punya keyakinan akan dirinya akan mampu meyakinkan orang lain, akan mampu meyakinkan kekasihnya untuk hidup bersamanya. Sayang sekali laki-laki yang seperti itu jarang ditemukan di jaman digital sekarang ini.
Saat ini yang saya perhatikan adalah banyak laki-laki yang penakut (atau pengecut?). Mereka tidak percaya sama diri mereka sendiri dan itu yang membuat mereka sulit percaya kepada orang lain. Bisa seperti itu atau bisa juga itu semua karena saya selalu punya ekspektasi yang terlalu tinggi terhadap orang lain.
Kembali ke hujan. Mungkin hal-hal dan pemikiran seperti ini datang hanya ketika hari sedang hujan. Membuat saya kepada melankoli yang terlalu berlebihan. Nah, bisa jadi saya juga dipermainkan oleh hujan.
Hujan yang kurang ajar! Yang buat saya rindu masa lalu.
Posted via Blogaway
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment