Saturday, April 13, 2013
Teruntuk Kamu yang Saya Kagumi
Selamat pagi kamu...
Tidak penting memikirkan kapan tepatnya saya menyukai kamu.
Tapi yang terpenting sampai hari ini saya masih dan akan terus mengaggumi kamu.
Apakah kamu tahu,
Bisa Mengenalmu itu adalah sesuatu...
Mungkin seperti mengenal candi...
Ada relief-relief yang tiap lekuk berbeda makna. Ada ruang-ruang tersembunyi di dalam. Dihiasi arca-arca yang indah...
Megah...
Saya terhanyut oleh setiap lekukan kamu..
Membuat saya kaget... Ingin lepas tapi ingin melihat lagi jauh kedalam...
Terdapat rahasia pada setiap sisi...
Dari sisi menghadap matahari terbit... Sampai sisi menghadap laut..
Kalau ide itu bisa di ibaratkan sebuah gunung, maka kamu adalah celah celah batu di punggung gunung yang sejuk. Beserta rimbun semak kamu membuatku ingin berlama lama duduk. Berlindung dari panas, dari angin, sejenak menikmati teguk demi teguk air, remah roti ataupun berbotol-botol yogurt. Saya kemudian terjepit diantaranya, diantara ceruk-ceruk itu. Saya akan senang duduk di salah satu batunya, memandang jauh ke bawah, ke bawah jauh dan bukan ke atas. Saya lalu melupakan puncaknya, yang tinggi dan menggairahkan..
Membayangkanmu seluruhnya mengalir... Semua perasaan tertuang... Menggerojok dengan deras... Meletup-letup sehingga sulit untuk dibendung...
Apakah kamu tahu,
Ketika kamu hilang..
Seketika kemampuan itu mati.
Sulit untuk merangkaikan satu unsur menjadi kesatuan seperti biasanya.
Sewaktu ada kamu..
Seperti itulah kamu membunuh ide. Menjungkirbalikkan kosakata, menghapus huruf-huruf yang biasa mengalir dari ujung jari jari.
Lalu tersadar, tidak ada yang lebih menyenangkan melebihi kenyataan... Menuliskan cinta secuil-pun tidak lebih menyenangkan daripada merasakan cinta. Mengucapkan sayang dari mulut ke telinga lebih menyenangkan daripada menuliskan sayang dari jari ke mata, lalu menyayangimu... Kemudian cemburu jauh lebih menyebalkan daripada hanya menulisnya di kertas.
Apakah kamu tahu,
Saya pernah menari-nari di jantung kamu, berusaha dengan sekuat tenaga mendetakkan irama dengan telanjang kaki disana. Supaya menyimpan suaranya disana supaya kamu bisa mendengar.
Saya pernah ada di sudut kerling mata kamu, saya pernah bersembunyi berusaha menciptakan senyum yang berharap tetap disana selamanya. Walau hanya disudut matamu saja saya menaruh bayanganku.
Saya pernah mencoba bermain di kepalamu, bermain ayunan, menelusuri prosotan meluncur dan turun di hati. Sesampainya disana, ada trampolin. Dengan paksa saya harus menaruh bayanganku dimata supaya kamu melihat saya... Dengan susah payah saya mencoba melompat-lompat dengan riang dan begitu lelah saya segera ke lenganmu. Disitu hangat, saya suka...
Saya juga sering bermain di telingamu. Saya mengalirkan suara dan membiarkannya menggema di sana. Entah iseng mengeja namamu, cerewet mengingatkanmu, berbisik manja, atau menyanyikan melodi rindu.
Kamu kira saya bercanda? Kali ini saya tidak bercanda.
Saya juga sering mengunjungi mata kaki kamu, disitu saya akan membawa kamera, saya potret langkah-langkah yang kamu pijak, kemanapun di seluruh dunia. Mencoba menyelami duniamu karena disana saya mau saya ada...
Saya juga suka duduk duduk di sela jemari kamu. Di situ daerah hangat kedua setelah lenganmu. Maaf, saya suka tak sengaja tertidur disana.
Jadi, sadarkah kamu?
Ada saya yang mencoba menjejaki semuamu.
Ada saya yang ingin menjadi udaramu.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment