»

Sunday, December 22, 2013

SELAMAT HARI IBU, MAMA!

Hari ini bertepatan dengan Hari Ibu, saat menulis blog ini pun saya belum mengucapkan selamat hari ibu ke mama, malu -_- nanti sih rencananya saya mau membeli sesuatu untuk hadiah dan surat tentunya. Hahaha

Ngomong-ngomong, saya selalu terinspirasi dengan sosok ibu, khususnya ibu saya sendiri.  Mama adalah sumber inspirasi dalam hidup. Sumber inspirasi yang mampu membuat saya bisa menjadi bagaimana saya sekarang, mendapatkan apa yang bisa saya dapatkan, dan mencapai tujuan yang saya impikan. Semua hal itu terwujud karena adanya sosok Mama yang senantiasa mendukung dan menginspirasi hidup saya. Segala hal Mama lakukan untuk keluarganya. Mama sosok perempuan yang sangat sederhana, dibanding dengan Ibu-ibu yang lain, saya menangkap sosok yang berbeda di diri Mama. Mama cantik apa adanya tanpa makeup yang tebal atau perhiasan yang ngejreng-ngejreng untuk dipakai ketika berpergian. Mama tidak pernah berlebihan dalam menonjolkan diri, saya pun menangkap diri saya mungkin tidak sehebat Mama.

Sekarang, saya semakin menyadari kalau Mama benar-benar sumber inspirasi bagiku. Seiring bertambahnya usia, saya tahu kalau sebentar lagi, tiba waktuku untuk menikah dan berumah tangga. Saya harus mempersiapkan diri agar bisa menjadi istri dan ibu yang baik untuk keluargaku kelak. Nah, saya banyak terinspirasi dari apa yang sudah Mama lakukan pada keluargaku.

Saya terinspirasi dari bagaimana Mama mencurahkan segala kasih sayang dan perhatian bagi keluargaku. Mama menunjukkannya dengan memasakkan makanan yang sehat dan bergizi untuk keluargaku. Mama selalu berpuasa dan rajin sholat malam berhari-hari ketika salah satu dari kami tertimpa masalah, sedang melakukan suatu hajat besar. Mama juga sabar merawat kami ketika sakit. Sabar menyiapkan berbagai kebutuhan yang diperlukan. Pelukan Mama ketika saya sedang tertimpa masalah sangat membuat saya tenang, saya bukan tipe anak yang suka manja sama orang tua soalnya. Saya benar-benar takjub dengan bagaimana Mama melayani keluarga dengan segenap kemampuan yang dimilikinya, segala doa-doa untuk keluarganya kepada Allah SWT. Saya berharap, saya bisa menjadi istri sekaligus Ibu yang baik pada keluargaku kelak seperti apa yang sudah dilakukan Mama pada keluargaku saat ini.

Terima Kasih Ma telah menjadi orang yang sangat luar biasa dalam hidupku. Yanti sayang Mama dunia akhirat :')


Posted via Blogaway

Thursday, December 19, 2013

BOLEH GA?

... pernikahanku cukup akad nikah aja. Sah secara agama. Lanjut walimah berupa makan-makan di restoran bersama keluarga dan teman dekat. Ngobrol seru. Dresscode bebas. Nggak usah pakai seragam-seragaman. Nggak usah pakai adat istiadat. Nggak usah pakai dekorasi supercantik. Nggak usah mikir semua-muanya harus sesuai tema.

Cukup berbagi kebahagiaan aja.

Boleh nggak sih?
:'(


Posted via Blogaway

Sunday, December 8, 2013

To The One Whom I Promise To Spend The Rest Of My Life With

I liked you first.
You can tell the entire world how gentleman-like your proposal was, but I liked you first, and I just want to make the point clear. It did not happen when you finally remembered my name, no, not even at our first meting in the bus stop. I liked you much, much earlier—so much earlier that you wouldn’t have been able to guess, had I not written you this letter. Your great ideas... I always felt helpless in front of you. I feel unguarded, but at the same time safe—very safe in fact.
I guess that’s why I said yes.
I said yes for how you always have answers to my questions—even the silliest ones. I said yes for the way you make me feel loved just by the way you look at me. I said yes because you’re the only person who can stop me from feeling alone—who cures me from fearing the future filled with uncertainties. I said yes because no other person would read through my ridiculously complicated brain and understand what’s going on inside. I said yes because your shoulders are the only place where I can rest my mind. I said yes because I love you.
I know exactly how you would react reading this letter. You would blush only from reading my first sentence, paused for a while, calculating if you’re in the mood for a surge of emotion. Then you would continue with the next paragraph, giving your fiancee a try.
You see, that’s what I love about you. And I cannot wait until the day when you could finally hear me say, “I do. I do want to spend the rest of my life with you.” I hope you do, too.
 

Sunday, November 24, 2013

24th of November

You are the only one who can leave me completely breathless even when there's nothing but silence between us. It's like... I can lay beside you and we not say a single word. And still... I have the best time. {}

I love you, my man..

Monday, October 14, 2013

LIRIK MINE - PETRA SIHOMBING ft. BEN SIHOMBING

Girl your heart, girl your face
is so different from them others
I say, you're the only one that I'll adore

Cos everytime you're by my side
My blood rushes through my veins
And my geeky face, blushed so silly oo yeah, oyeah

And I want to make you mine

Reff :
Oh baby I'll take you to the sky
Forever you and I, you and I, you and I
And we'll be together till we die
Our love will last forever
and forever you'll be mine, you'll be mine

Girl your smile  and your charm
Lingers always on my mind
I'll say, you're the only
one that I've waited for

And I want you to be mine

p.s.
Gue punya lagunya, kalo ada yang mau bilang aja :)

Monday, October 7, 2013

HAPPY BIRTHDAY, KURNIA OKTAVIA!

Today I just want to give a very, very special birthday shout out to one of my very best friends in the whole world, Kurnia Oktavia! On this very special day, Nia turns the big 23. Congratulation :p

Okay, let's talk about her a little while...
I love this girl something serious! As with any friendship, we have had our ups and downs. But everything we have been through strengthened our relationship and taught us to appreciate one another. She is so loyal and so kind (now don't get it twisted, she takes no shit from no one) that you can't help but love her.
The thing I love about her the most is her honesty. Through everything, she has always been honest and sincere. Sometimes we go through life and wonder what is our purpose. I am convinced we were supposed to be each other's best friend and sister. This girl is seriously the person I can talk to when the rest of the world is frustrating and nerve wrecking. We can pray together, we can toast together, shop together, eat together... She is definitely one of the best-my right hand women ever!

Today is her turn to celebrate her birthday and I'm so grateful I still can celebrate it for her, as she ever said in her latest note for my bday on Facebok, we never know what the future brings. But just so you know Nia, I am so proud of you and just so honored to be your best friend... I could literally go on forever but I just want you to always know, that no matter how many sad, lonely (boo hoo!) miles that seperate us later, you are always in my heart as my bestest friend ever, my sister and you mean the world to me.

Thank you for always supporting me ya Ni, for standing by my side, for being so loyal and honest and trustworthy. Today... and everyday, I hope all of your wishes come true... I love you, we love you!


Happy Birthday Nia. Xoxoxo
Love always,

B.C.



p.s.
On the same bed cover as yours in your latest posting for me on Facebook (hahahaha), I also have a gift for you, the one is a thing, another is my own handicraft (I made it just for you though. LoL) . Take it whenever we have a chance to meet. Once more, happy bday our lovely girl! *thousand hugs and kisses*



Wednesday, September 4, 2013

The Missing Pieces


Kata mereka, kebahagiaan tidaklah sempurna hingga kamu menemukan sosok yang “cocok” untuk melengkapi kehidupanmu. Sesuatu yang butuh waktu, terlebih lagi apabila kamu menargetkan pada kesempurnaan.

Sayangnya tidak ada hal yang sempurna di dunia ini. Pikiran yang mengkristal di otakmu, untuk menambatkan diri kepada seseorang yang menurut kalbu serta akal pikiran sempurna tersebut, perlahan membunuh kamu perlahan sembari jarum jam terus bergerak.

Imaji ini terajut akan angan untuk mencari sosok yang sempurna. Kedua kaki melangkah dari suatu tempat ke tempat lain, kedua pasang mata menatap dari suatu sosok ke sosok lain, kedua pasang telinga mendengarkan dari omongan dimulai dari yang manis hingga yang memuakkan. Jemari di tangan beradu di tombol handphone, mengeluhkan keadaan hingga ada suatu titik dimana, apa yang selama ini kamu cari; sesungguhnya hanyalah kreasi dari imaji yang membuai dirimu.

Kata mereka, tidak ada yang benar-benar sempurna.

Kesempurnaan adalah bentuk dari ketidaksempurnaan – yang kamu syukuri, kamu terima apa adanya, dan kamu tersenyum selagi menjalaninya.

Well, hidup ini memang tidak sempurna.

Dan tidak ada sosok yang sempurna. Apabila diibaratkan hidup ini sebagai kumpulan dari kepingan puzzle, even kepingan puzzle yang kamu miliki, memiliki bentuk yang masing- masing berbeda..

Tidak ada yang tidak ada potongannya dan utuh -secara sempurna. Dan selama ini dirimu salah, untuk menunggu kepingan yang sempurna untuk melengkapi hidupmu. Karena yang kamu perlukan hanyalah kepingan puzzle yang dapat melengkapi kepingan-kepingan yang sudah ada, yang potongannya dapat “dipasang” dalam hidupmu. Ya, yang kamu butuhkan adalah satu kepingan yang cocok bukan sempurna untuk melengkapi puzzle kehidupanmu.

Dirimu pun termenung menyadari bahwa apa yang selama ini kamu cari, tidaklah eksis. Lalu dirimu kembali terbius dalam pikiran yang mulai terajut di otakmu – “Dimanakah kepingan yang hilang tersebut?”

Biarkanlah waktu yang menunjukkan keberadaannya.


September

Sunday, August 4, 2013

Monolog


“Kangen.”

“Pingin ketemu. Pingin peluk.”

“Selamat kerja hari ini! Semangat. Peluk.”

“Tahu nggak, Palembang dingin banget waktu malam, mau cerita: akhirnya skripsi aku sudah selesai. Doakan prosesnya lancar ya.”

“Rindu percakapan sebelum tidur!”

“... tapi gue hanya rindu ngobrol dan tukar pikiran bareng lo. Hey orang cerdas!”

“Bisa nggak, kalau kita mulai lagi dari awal. Tanpa ada embel-embel apapun. Kita cuma saling jatuh cinta. Dan nikmati cintanya. Bersenang senang. Sesederhana itu.”

“Bisa nggak kita mengulang momen momen menyenangkan itu?”

“Boleh nggak, kita saling jatuh cinta dengan sederhana?”

Posted via Blogaway

Saturday, July 20, 2013

Yang Terjadi Hari Ini

Hari ini saya 'membeberkan' lagi ke beberapa orang. Tentang kejadian-kejadian yang menjadi momok  bagi diri saya selama ini. Saya merasa gagal untuk membina diri saya sendiri waktu itu. Mungkin banyak orang nanya kenapa saya kok bego banget berbuat hal-hal yang kaya gitu. Disini saya mau membagi cerita kalo ada nilai dibalik kegagalan. Waktu itu ada yang bilang, kalo saya jujur saya akan kehilangan semuanya, saya akan kehilangan dunia yang terkadang bisa membuat saya 'senang'. Tapi saya melihat itu sebagai suatu ujian untuk menjadi yang lebih baik, untuk lebih bersyukur melihat realita yang ada. Dan hari ini saya memberanikan lagi untuk men-jujur-kan semuanya setelah sekian lama menghilang. Hasilnya? Ya memang ga bagus, tapi semua itu adalah resiko yang harus ditanggung. Kalau kejadian itu enggak pernah terjadi, kita enggak akan bisa melihat diri kita sendiri, sebagaimana Allah melihat kita. Saya percaya, Allah menciptakan manusia ke dunia pasti punya tujuan yang spesial. Allah itu maha penyayang yang luar biasa. Saya mencoba melihat semua kesalahan dan kegagalan yang saya dapetin. Dan dari situ saya belajar mengenal diriku sendiri dan mulai lebih mengenal Allah.

Saya menginginkan semuanya secara perfek, ideal, dan berjalan seperti apa yang saya mau. Alur cerita, dunia, persahabatan, cinta, semuanya harus ada seperti yang ada di gambaran saya, mau nya saya, suka tidak menghargai sesuatu. Jadilah hal-hal tersebut. Membohongi beberapa orang yang mungkin memiliki perasaan yang tulus sama saya demi kepuasaan 'dunia' sendiri. Dan kemudian Allah marah dan memberi ujian sebagai bentuk rasa sayangnya. Disaat-saat terpenting dalam hidup saya, suatu saat saya dipermainkan oleh orang yang paling saya sayang. Saya akui, saya banyak belajar dari situ, Allah menampar saya dengan cara halus yang bikin saya jadi melemparkan semuanya ke diri saya "oh gini loh rasanya disakitin. mungkin itu yang mereka rasain ke aku. rasanya sakit sekalii". Dan Allah memang Maha Baik, dia mengembalikan semua itu walaupun meninggalkan sakit yang luar biasa. Saya mesti heal, menjernihkan diri saya dari keterkungkungan yang saya ciptakan sendiri.

Akhirnya, saya jadi lebih banyak introspeksi dan mengeluh sama Allah. Saya mencoba mengeluarkan luka-luka dalam diri saya. Membuka semua topeng dan plester dalam tubuh saya karena sebelumnya saya mencoba tutup semua luka tersebut pakai plester. Kadang kalau kita sakit hati, kita sering ingin melupakannya, jangan dirasain. Tapi, ini luka masih sakit, masih borok dan bernanah. Tapi ditutup pakai plester yang tebal biar enggak kelihatan dan diemin aja pura-pura lupa. Itu yang saya lakuin.

Tapi satu, kita bohong sama diri sendiri karena rasa sakitnya masih berasa. Kedua, luka itu makin bernanah dan beleleran dari plesternya. Nah itu yang saya rasakan. Saya pengen konseling dengan Allah dengan cara plester itu aku buka. Justru dengan melihat ada luka disitu, saya jadi bisa nerima. Pelan-pelan saya bisa lihat luka itu, bersihkan dengan air dan cinta dari orang sekeliling. Lama kelamaan luka itu akan sembuh sendiri.

Kalau ditanya, "Mau enggak balik ke zaman dulu dan menghapus masa diamana saya menjadi diri orang lain?" Saya bakal bilang enggak mau. Kalau misal saya balik lagi ke masa itu dan mengulang lagi ya enggak apa-apa. Karena itu emang harus terjadi. Lebih baik terjadi saat itu saat saya belum menjadi ibu. Saya mau mengajarkan banyak hal baik yang saya pelajari sekarang, asam manis pahit hidup yang pengalamannya ga akan pernah tergantikan sama anak-anak saya kelak.

Semua orang punya titik balik dalam hidupnya. Masa dimana keluar sesuatu dan meledak dalam hidupnya. Masa itu jadi ujian dari Allah. Kalau itu enggak pernah terjadi, saya enggak akan pernah jadi lebih baik. Saya malah mensyukuri hal itu. Ya hari ini memang luar biasa. Ikhlaskan semuanya Ya Allah. Bismillah...



Bukan cinta jika tak meneteskan airmata karena sedih luar biasa atau bahagia tak terhingga.


Love,
Aya



Friday, July 5, 2013

Memanggilmu Ilalang


Lalu, begini. Kini saya ada di belakang netbook ini dan menulis tentangmu. Saya harap kamu tidak merasa keberatan dengan nama barumu dan semoga kamu suka.

Ada cangkir berisi teh rasa lemon di depan saya dengan gula yang tidak saya aduk. Kenapa tidak diaduk? Saya malas mengaduknya? Biarkan ia larut sendiri. Sama seperti cinta, kadang kamu harus biarkan cinta itu larut.

Lalu saat ini saya sudah larut ke dalam matamu yang hitam dan bibirmu yang tertawa. Saya begitu terbius dengan kata-kata dalam tulisan-tulisanmu, yang begitu indah. Apalagi ketika kau menggambarkan-- ah sudahlah.

Kamu tahu saya suka hujan, lalu saya begitu tergila-gila denganmu-- Kamu begitu memesona saya. Kamu buat saya jatuh cinta lagi terhadap kehidupan, rasa ini membuat saya begitu sembuh --sembuh total.

Untuk menjalani kembali hari-hari saya. Entah kenapa saya merasa begitu tolol, saya tidak bisa memilikimu. Dengan banyak alasan. Semoga ini tidak berlebihan.

Tapi tidak apa, saya mau mencinta. Dan kamu tetaplah di sana, tetaplah dengan keberadaanmu, tetaplah seperti sedia kala, seperti sebelum saya menemukanmu di balik rumput hijau.

Lalu, saya memanggilmu ilalang. Kalau kamu tanya? Kenapa saya memanggilmu ilalang. Karena kamu tumbuh liar diantara rumput hijau.

Kamu datang dengan liar lalu memesona. Begitu saja.

Friday, June 28, 2013

C'est la vie

It’s 1:57 AM in my clock. Crazy thoughts are keeping me up. I decided to write down my thoughts, hoping that after this I can sleep peacefully. I can’t describe what I’m feeling at the moment, perhaps I’m confused with what’s happening in my life. There are decisions I have to make and things I have to choose in order to keep myself on the right track. But these decisions are not easy to get through and I need to toughen up my gut and be firm with whatever decisions I have to make. This is the new me. It’s true that undergoing to difficult situations in life will make you a tough person. Experience will teach you how to become the person you’re gonna be. It takes a lot of courage and discipline but eventually you’ll be surprise with the outcome you’re gonna get. I consider the past as my enemy; however it motivates me to alter my future. I still can’t deal with my instinctive emotions and I admit it’s my weakness.


“Life is like a box of chocolate, you’ll never know what you’re gonna get” – Forrest Gump 


Choices are always given; it’s up to you what decisions to make. We all make mistakes at some point in our lives but that doesn’t mean you have to quit. Find the errors and start all over again. Letting go on something special is the hardest part. Sometimes we need to make sacrifices to keep us moving forward. These are the essential things we need in order for us to grow as an inviolable person. Everyone deserves to be happy. Life is too short to waste time to anyone or anything that doesn’t make you happy.


So make a choice, I hope you’ll make a good one. 




Cheers,

Aya :)



Tuesday, June 25, 2013

Si Keras Kepala

Sedang berpikir banyak dan sedang mengerjakan banyak. Ada satu fase di dalam hidup saya yang begitu egois. Yaitu saya ingin segala sesuatunya lebih clear. Dan lebih jelas. Dimana saya harus lebih banyak deal dengan pribadi saya yang "keras" di dalam.

Untuk urusan yang menyangkut idealisme. Percayalah ada hal-hal yang tidak bisa ditawar dengan saya. Sekali "enggak" itu bisa "enggak" untuk selamanya kalo saya mau. Si Aya yang keras kepala. Dan saya sedang deal dengannya.

Beberapa tahun yang lalu, ketika saya memutuskan untuk membenci seseorang karena dia sudah melakukan hal yang sangat buruk kepada saya ketika SMA. Masalah sepele, tapi karena dia tipe orang lebay, mulai lah saya untuk membenci, orang yang mengganggu "lingkungan rumah" saya. Banyak orang terdekat yang tidak setuju dengan saya memelihara "hal" tersebut, hanya menyakiti saya saja katanya. Dia toh tidak peduli pada kenyataannya. Ya karena saya hanya membenci dan menyumpah serapah jika melihat dia, tidak melakukan hal keji kok. Bahkan ketika orang tersebut sudah meminta maaf.

Ketika kuliah, saya bertemu juga dengan orang yang seperti itu. Mantan sahabat kami. Dan baru-baru ini, muncul wanita tua asing yang mengganggu "rumah" saya. Lagi dan lagi, bahkan ketika orang-orang tersebut sudah meminta maaf. Saya masih aja engga suka. Yang perlu di garis bawahi adalah, saya bukan tipe orang yang gampang tidak suka dengan orang lain, saya pribadi yang tidak suka melarut-larutkan masalah. Tetapi, jika mereka sudah terlampau jauh mengacak-acak daerah  "lingkungan rumah" saya, jangan harap mereka bisa bebas berbahagia diluar sana. Apalagi jika mereka sama sekali tidak berubah kearah yang lebih baik.

Melelahkan memang mempunyai sisi gelap seperti ini. Dan muncullah kebiasaan buruk saya yang diakibatkan oleh “keras kepala” saya. Saya bisa mendiamkan mereka berhari-hari, berbulan-bulan. Bahkan bertahun-tahun. Saya sudah memutuskan untuk tidak mau lagi mengenal mereka dengan baik. Selamanya. Bersikeras untuk tidak mau mendengarkan pendapat-pendapat orang lain untuk bisa berdamai dengan mereka. Tentu saja ini bukan contoh yang baik. Janganlah ditiru.

Tetapi saya semakin yakin bahwa saya adalah "Single Fighter" banyak hal di dalam hidup yang kemudian bisa saya perjuangkan sendiri. Dan saya adalah orang yang tidak bisa diganggu dan dipaksa. Karena semakin saya diganggu dan dipaksa, semakin saya akan semau saya, bilang tidak, bahkan menolak mentah-mentah.

Deal dengan si Aya yang keras kepala.

Namun ketika menulis ini, saya hanya ingin memastikan satu hal. Keras kepala lah terhadap apa yang hatimu percaya. Karena itu bisa jadi adalah keyakinan. Keyakinan tersebut yang akan menuntun kita kepada sebuah jalan. Saya memiliki keyakinan akan sesuatu yang mungkin seharusnya saya tinggalkan sejak lama, tetapi entah... hati tetap saja berpaku disitu. Semoga banyak jalan dan saya meyakini sesuatu yang benar.

Sekarang saya sedang ada di dalam keyakinan itu. Masih berjalan ke arah sana. Dan mungkin sudah semakin dekat. Doakan saya :)

Thursday, June 20, 2013

The Power of Intuition


I wrote this based on the events that have happened to me lately. Why do I say Intuition? It's just like 'heart is calling'.

Saya membicarakan ini perihal beberapa sahabat saya yang mungkin pada saat itu bisa membaca tanda dan menangkap detail dengan baik. Ada 2 hal, keduanya saya alami dengan orang-orang yang saya anggap sahabat dekat saya, walaupum dia jauh atau dekat.

Pertama, waktu itu saya sakit. Mau mati rasanya. Meriang, demam, batuk, pilek, pusing, mual. Ah lengkap! Bedrest... Namanya Finsa, kami memang ada jarak yang jauh sekarang. Banyak masalah yang terjadi, salah saya. Saya tau dia anak yang keras kepala dan jarang sekali melintasi prinsipnya. Semenjak kejadian itu, dia sama sekali tidak menghubungi saya. Fatal! Tapi saya menyukai bersahabat dengan dia. Sudah lama kami tidak berkomunikasi, tapi pada saat saya 'mau mati' itu, tiba-tiba dia mengirimkan saya pesan dan bertanya kabar saya. Terang saja saya kaget, pikiran saya sih mgkn dia salah kirim pesan... Tapi setelah ditanyakan ternyata tidak. Saya jawab 'baik-baik saja' waktu itu, tapi ya memang.. Saya jadi tiba-tiba sehat saking bersemangatnya menerima pesan itu. Dan sehabis itu dia tidak menghubungi saya lagi. Beberapa waktu kemudian, saya bermimpi. Dia ada dimimpi saya.. Kami sedang berjalan, dia menyelamatkan saya dari kawanan anak nakal. Lalu ketika kami selamat, tiba-tiba saja dia hilang, benar-benar menghilang. Saya bangun dengan peluh dan jadinya kepikiran sama dia. Saya kirimi dia pesan, dan ternyata ntah benar atau tidak, dia sedang dalam tahap tidak baik. Ada masalah besar yg dia harus hadapi. Tapi dia janji dia bakal baik-baik saja, dan saya percaya itu. Saya akan selalu ada, selalu sampai kapanpun. Untuk kamu.

Si Kembar, Triana & Triani. Mereka teman dekat saya sedari SMP dulu. Saya sedang bingung waktu itu. Bingung untuk menceritakan ke-siapa-yang-bisa-dipercaya. Malam itu saya sedih, menangis mengetahui suatu kejadian yang diluar ekspektasi pemikiran saya. Mau cerita, tapi takut mengganggu orang lain. Ketika sedang di fase 'kritis', tiba-tiba Ani (red. sebutan Triani) mem-BBM saya, nanya apa saya kangen sama dia. Zzzz (biasa-biasanya sih ya ga pernah :p)
Such a funny question though... but indeed interesting to be answered by me. Disitulah saya mengalir untuk menceritakan semuanya ke sahabat saya itu. Ternyata, Si Ana (red. sebutan Triana) juga ikut menimbrung dari tempat yang sama. Haha. Lega... Ada tempat bertukar pikiran. Ani mengajak saya berdoa bersama, bagian paling haru karena saya tau yang saya katakan sebagai doa-doa adalah memang ketulusan-ketulusan yang semoga saja nantinya bisa terkabul. Amiin


Terima Kasih. Aku sayang kalian :')

Tuesday, June 11, 2013

Kissing



I want to kiss you so badly. I want it to be the type of kiss that leaves us both breathless, and lightheaded. The type that makes us look into each others eyes in disbelief afterwards, then smile because we did, I don’t mind where it happens; outside, inside, in a private, or surrounded area by hundreds of people. I just need to feel those lips on mine. 

Saturday, June 8, 2013

Pikiran yang Terlintas

Pikiran saya bercabang-cabang malam ini, masih 'pagi' memang. Tapi kepala saya diliputi oleh doa-doa. Saya berdoa untuk seorang pria yang akan menjadi bagian dari hidup saya.

Pria yang akan mencintai saya lebih dari apapun didunia ini. Pria yang hidup bukan untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk saya. Dia harus tau untuk apa dan siapa dia berjuang, maka semuanya tidak sia-sia.

Seorang pria yang mempunyai hati yang tulus, bukan hanya otak yang pintar. Seseorang pria yang bukan hanya menuntut saya, tetapi juga yang bisa mengingatkan saya ketika saya salah. Seorang pria yang bisa menjadi teman terbaik saya. Pria yang bisa membuat saya merasa wanita sesungguhnya ketika saya disampingnya.

Pada akhir dari doa saya, saya tidak meminta seseorang yang sempurna, tetapi saya meminta pria yang tidak sempurna. Pria yang masih membutuhkan semangat, dukungan, cinta dan doa dari saya untuk hidupnya.

Wednesday, June 5, 2013

Pilihan, Kesalahan dan Penyesalan

Hai kamu, 
saya menuliskan semua ini kali ini untuk kamu. Saya tidak tahu harus berkata apa lagi. Mungkin sudah terlalu banyak ego di kepala saya, terlalu banyak kata 'keseimbangan' dalam kepala saya. Mungkin sedang merasa sensitif.. tetapi yang jelas saya merasa sendiri hari ini. Bertubi tubi tekanan datang menggumpal seperti semacam bola yang menggencet saya perlahan-lahan. Kalau boleh berteriak saya mau berteriak. Tapi mengeluarkan suara saja tidak mampu, hanya terdengar suara yang berderak tidak terdengar siapapun.

 Hai kamu, 
Saya hanya memberikan segala macam obat tersebut, karena saya tahu kamu tidak cukup ahli dalam menjaga kesehatan diri sendiri. Tapi yang saya dapat tidak semestinya, sedikit kecewa karena saya kira saya sudah memberikan kejutan. Lagi-lagi saya kebesaran rasa.

Kita yang selalu memandang awan jauh di depan sana selalu gelap. Cemas kalau-kalau kita tak cukup kencang berlari menghindari hujan. Dan kita selalu basah kuyup, menyelamatkan sisa-sisa baju kering untuk baju ganti nanti. Sebenarnya saya yang bodoh atau memang kita semua bodoh?

Kenapa keinginan kamu hanya sebesar ketakutan kamu akan kehilangan? Saya rasa kamu cukup pintar untuk hal ini, dan saya terlalu bodoh. Tentang foto, tentang sesuatu yang selalu kamu sembunyikan. Saya iri. Saya iri dengan ap yang sudah kamu lakukan dengan dia dulu. Dan saya cukup sadar, mungkin saya masih 'sakit'. Saya belum sembuh dan itu yang saya takutkan.

Saya banyak berharap tentang masa depan. Sedangkan apa yang kamu lakukan hanya berlangsung sementara. 

Keingatanmu akan solat.
Kehangatanmu akan kata-kata.
Kemanisanmu akan usaha yang dilakukan.

Saya sudah berusaha semaksimal mungkin untuk merubah semuanya. Meninggalkan semua yang saya seharusnya tidak lakukan. Membuat lottere setiap bulannya, bersabar, mencoba mengerti, perhatian, kehangatan, selalu dan selalu mementingkan kamu tidak peduli saya sesibuk apa dan selelah apa, dll. 

Dan kata yang saya ingat, "Kamu tidak melakukan semua itu lagi, karena kamu sudah merasa memiliki saya? Iya? Jujur." Dan kamu pun menjawab, "IYA."

Saya pun memantaskan semua itu. Ketika saya marah, ketika saya berniat untuk meninggalkan semuanya, kamu baru ingin memulai untuk mengubah yang saya tidak suka dan yang saya mau kamu jalankam. Tetapi, ketika saya mulai lagi terjerat, kamu mulai menyepelekan saya. Terlalu bergembira saya tidak akan meninggalkan kamu.

Apa yang kamu tulis dulu, apa yang sudah kamu janjikan pun banyak yang tidak bisa diwujudkan. Dan itu sangat teramat sangat mengganggu pikiran saya. Bagaimana saya harus menghabiskan seluruh hidup saya bersama orang yang niatnya hanya sebatas sementara? Selalu memendam, dan selalu membiarkan saya sendirian untuk menangkap tanda yang ada, merasakan kecemasan hati yang berlebih lalu mendengar kabar buruk diakhirnya.

SAYA ADA DIMANA DI HATI DAN PIKIRAN KAMU?

Saya iri. Kamu selalu bisa dan bisa dengan wanita tu tapi tidak dengan saya. Mengetahui itu pun sudah membuat saya sakit hati, apalagi menyadari kebenarannya. 

Kamu kembali ke saya hanya karena saya satu-satunya orang yang paling pas? Pas menurut keluargamu dan ego mu?

Saya masih tidak bisa tenang dengan semuanya. MAAF. Mungkin kali ini saya harus memutuskan lagi. Saya sadari kesalahan yang saya perbuat, dan saya menyesal karena saya merasa kehilangan sesuatu yang seharusnya tidak akan hilang jika saya tidak mengambil hal ini dulunya. Semoga kamu berbahagia dengan kenyamananmu, kegembiraanmu, kecuekanmu, dan keegoisan-kesementaraan mu itu. Ariverderci.


I give up. I'm out.

Saturday, May 25, 2013

Proses Melupakanmu



Di jalan yang setapak, di rimbun antara pohon talok dan cemara saya ingin cepat melaluinya
Seakan terkejar gelap dan dingin yang mulai merambat, saya berselimutkan angin malam
Saya masih menyalakan ada setumpuk rindu yang menghangatkan jari jari kaki dan hati

Kalau kau kembali suatu saat nanti, datanglah dengan bulan di matamu
Bulan yang selama ini mencuri malam-malamku
Dengan tenang telaga di air muka mu
Yang lebih memabukan dari anggur sekalipun
Berbisiklah sampai ranting, daun tergerak
Suara seruling malaikat terindah yang pernah saya dengar
Pastikan saya masih menyambutmu dengan senyuman.

Sudah lama, masih berapa lama lagi. 
Hanya tinggal melangkah di pasir ini saja
Berputar-putar ingin keluar tapi saya menikmati kesendirian ini
Pasir yang putih dingin dan mematikan rasa, sama sepertimu
Mematikan rasa...
Membuat hilang hangat di jari kaki
Serpihan pasir seakan tidak bisa menghangatkanku di senja ini
Membuat kosong hangat di hati.

Kalau kau pergi tetaplah pergi dengan bulan di matamu
Tenanglah seperti tenangnya kunang kunang di malam hari
Bersinar dengan terang namun tidak bersuara
Membuat teduh manusia yang melihatnya
Setidaknya dalam malam masih ada cahaya yang hangat

Kalau kau membutuhkanku
Berteriaklah sampai batu batu itu tergetar
Sedang bersama asap yang terkepul saya berhenti melangkah menghampirimu
Tapi sepertinya saya berhenti mengganggumu dan memikirkanmu
Karena saya pernah berjanji merelakanmu
Dan merelakanmu membuat saya mampu merelakan apa pun.



I can forgive you but can never forget you, because forgetting you would mean forgetting everything that you taught me. Because I remember every word you said. It all just keeps spinning all around in my head. And the lessons are too precious to forget. But it doesn't matter what I try to do, I keep on forgetting to forget about you...

Friday, May 24, 2013

Cinta Itu


Menurut saya cinta itu hanya sebuah rasa untuk meningkatkan motivasi membuat sebuah tulisan. Semakin hasilnya pahit semakin bagus tulisan yang dihasilkan. Setiap konflik dan air mata yang dihasilkan dalam epic cinta menjadi bumbu yang sedap untuk sebuah rangkaian tulisan roman picisan. 

Sebenarnya cinta itu tidak ada, cinta hanya sebatas perasaan meluap luap dalam hati, membayangkan sesuatu akan berakhir dengan indah dan menangis ketika mengingat semuanya tidak berhasil dengan kenyataan. Namun saya memuji kehebatan cinta. Cinta memberikan inspirasi yang luar biasa untuk seseorang menulis bahkan lebih cepat daripada menyelesaikan sebuah papper akademik yang sudah tersedia buku bacaan sebagai referensinya, cinta mudah dituliskan dan mudah digamblangkan dengan sebuah rangkaian kalimat yang saya sebut itu terlalu roman picisan yang terkadang ingin muntah apabila membacanya kembali. 

Dan itulah cinta yang bisa merasuk pada siapa saja entah itu presiden, petani, mahasiswa ataupun tukang becak sekalipun. Cinta juga membuat lulusan master doktor dengan gelar yang beruntun-pun dapat menangis dan mengakui kelemahannya dalam urusan yang satu ini.


Well.. Apakah kamu masih ingin bermain-main dengan satu kata ini? Oh iya, dengan apa yang sudah saya bilang diatas, apapun itu, tetap... Definisi cinta dalam dunia saya itu adalah kamu...

Tuesday, May 21, 2013

IT IS ALL ABOUT YOU AND ME, US.



I don't know if you know this, so I'm just making sure you do know. You have the ability to make me melt.  I want to tell you about my dreams with you.

I hope we get married.






 I hope we live in a little house and I have a garden and you point out how half of my plants and flowers are dying. 





I hope we have a little kitchen and I try to cook for you, and if my food is only half decent, so you'll tell me that I’m “not a bad cook.”



I hope we have a nice fluffy bed that we lie on for hours when the sun streams in on Sunday mornings, 





and I hope we have pretty little children that outgrow us as we age. 



I hope we fight over the bills and money, but then come back all the way around with the softest kisses.


I hope you criticize any boy that looks at our daughter, 




I hope you take our son to soccer practice or whatever it is he does, when I’m sick. 




And when you’re sick, I hope you listen to me and stay put, I hope you let me take care of you instead of just saying you’re fine, but we’ll see how that works out. 




I hope we grow old and sit on the front porch, watching the world go by. 




I hope we come damn close to giving up, but never do. 



I hope we’re together until the grave. I hope you attend my funeral, because I sure as hell couldn’t stand through yours. 



I hope our grandchildren look up to us, I hope we’re what our children want in a relationship.





Those dreams are just pretty simple fix things, right?!
We could do the simplest things, 
That’s why I loved being with you. because you were the first guy who wasn’t constantly trying to impress me. You accepted you who you are, but more than that, you accepted me for me. And nothing else mattered - not my family or your family or anyone else in the world. It is just us. 
So we know, those dreams, if will become a reality later on,  it’s not gonna be easy. It’s going to be really hard; we’re gonna have to work at this everyday, but I want to do that because I want you. I want all of you, forever, everyday. 







You and me… everyday.

Thursday, May 9, 2013

Memanusiakan Manusia


Saya lagi mau menuangkan pikiran yang meracau pagi hari tadi nih. Agak berat menurut otak saya sepertinya.Ada yang buat risih soalnya tadi pagi. Hehe

Sebenarnya, secara prinsipil, sebagai mahkluk bebas, manusia boleh saja bertingkah semau-maunya, menjelek-jelekkan semau dia, apapun yang dia mau lakukan. Kita diberikan kebebasan tersebut.

Hanya saja, menurut saya, pikirkan hal ini baik-baik:
Ketika kita menghormati orang lain, maka sejatinya kita tidak rendah, atau kalah, kita justru sedang menghormati diri sendiri. Atau ketika kita rela mematuhi peraturan, maka sejatinya kita bukan diperbudak, diperintah, kita justru sedang memuliakan diri sendiri.

Tapi sebaliknya:
Ketika kita bertingkah semau-maunya, menjelek-jelekan, melanggar batas, kita justru tidak otomatis menang, gagah perkasa, tinggi, lebih hebat, kita justru sedang menghina diri sendiri, benar2 sedang merendahkan diri sendiri.

'Kemanusiaan' kitalah yang membuat kita jadi manusia. 

Thursday, May 2, 2013

Untitled #1


A shadow of you is enough. It lets me know that you are not so far away. That with a few long steps and some sprays of light I will see you. And when the shade gives way to the sun I will see your unknown wholeness glaring over me - the footprints you leave behind, the shrug of your shoulders as they ignore the sun and the way you turn around to finally see me and notice me and love me. And at that moment, I will clutch you till the end of time.

For now your shadow is enough. I will rush to your unknown and probe the mystery of your dimensions. You are there, and the distance is growing smaller.

Posted via Blogaway

Monday, April 29, 2013

Namaku Awan Hitam. Padakulah Bulan Menggantung


Namanya Bulan. Kadang ia Bulan Sabit. Kadang ia bulan setengah. Kadang ia bulan hampir penuh. Kadang ia bulan bulat sempurna. Namaku Awan Hitam, padakulah ia biasanya menggantung.

Saya pernah mendengar tentang mitos yang mengatakan bahwa pada tubuh Bulan terperangkap seorang anak kecil bersama ibunya. Mereka suka bermain dengan ceria. Kadang ibu menyanyi, si anak kecil menari. Sebaliknya giliran si anak yang menyanyi, ibu akan berdendang.

Bulan tenang-tenang saja. Ia tahu pada tubuhnya hidup ibu dan anak kecil. Sedangkan saya adalah Awan Hitam. Padakulah Bulan menggantung. Dan sudah lama saya menaruh hati pada Bulan. Saya hanya Awan Hitam, saya kadang tidak kelihatan. Bulan yang keperakan terkadang merona ketika saya goda. Ketika tanganku tidak sengaja menyentuh lembut pipi Bulan. Ketika diam-diam saya punya sebuah keinginan sederhana, ingin mencium bibir Bulan.

Diam-diam saya suka membayangkan bibir Bulan. Bentuknya tebal sempurna. Saya suka membayangkan jika, kami saling memagut ketika hujan jatuh. Karena ketika itu, Bulan biasanya menyelip ke dalam sari sari bajuku yang hitam.

Hari yang kutunggu pun tiba. Saya sendiri malu jika mengaku kepada Bulan, bahwa saya sudah lama menginginkannya. Hujan jatuh ketika larut. Bulan masuk ke dalam sari sari bajuku yang hitam kelam. Dan ia bisa melihat tubuhku yang telanjang. Di sana, kami saling memagut. Bibirnya dan bibirku menyatu ketika hujan.

Di sana saya melihatnya, ia lebih perak daripada biasanya. Bulan kini memerah. Ia menggigil dalam pelukanku. Saya bisa merasakan nafas Bulan yang memburu pada helai helai rambutku, Awan Hitam, yang bahkan tidak pernah kelihatan selama ini.

Ibu dan anak kecil yang suka bermain pada tubuh Bulan, mendadak lenyap ketika hujan tiba. Mereka seakan mengerti bahwa, ketika itu Bulan adalah milik Awan Hitam sepenuhnya. Ya, ketika hujan.

Jadi, jika kamu tidak melihat Bulan alpa ketika hari hujan. Ia sedang bersamaku Awan Hitam. Yang biasanya padaku, ia menggantung.

Thursday, April 25, 2013

Surat Cinta?


Saya akan memulai pada kata apa kabar? Apakah baik baik-baik saja? Saya mungkin jarang melakukan ritual berdoa, tapi bukankah kata adalah doa. Tiap saya memikirkan kamu,  saya selalu berharap agar kamu baik-baik saja. Sekelilingmu menjagamu. Memastikan kamu tetap aman, nyaman dan tercukupi. Saya selalu berharap agar bahagia menyelubungi tiap lakumu mengepak detik dalam waktu.

Selain memikirkan akan sosok kamu,  saya titipkan juga satu point egoku di dalamnya. Saya selalu membayangkan kamu merindukanmu. Ya, saya berharap dan berdoa kamu merindukanmu. Karena saya disini membungkus hari dengan ikatan rindu buat kamu. Rindu seperti belenggu untukku. Ia menyesakkan napas saya. Namun ketika ia tidak membelitku, saya seperti kehilangan sebuah rasa yang menyenangkan.

Bagaimana hari kamu? Jarak telah memisahkan kita. Waktu dalam definisiku tentangmu telah berhenti di sana.

Saya hanya punya kenangan tentang kamu. Tak ada hal baru yang mampu saya pirsakan lagi. Kamu adalah sejak saya mengenalmu. Segala gerak yang berada disekitarmu tak lagi masuk dalam file otakku. Karena kita telah berbeda orbit. Yang saya punya hanyalah kenangan tentangmu. Dan saya hanya punya  lapis-lapis memori itu untuk kembali mengingatmu. Saya yakin semua telah berubah. Meskipun saya ataupun kamu menyangkal tak ada yang berubah. Tapi bukankah perubahan adalah sesuatu yang telah dipastikan. Ia adalah satu-satunya yang tak pernah berubah. Kita telah mendiskusikan ini dulu.

Kemudian apa yang ingin saya cerita di sini? Tentangku? Kamu pasti ingin tahu tentangku. Saya akan menceritakanmu dalam bentuk pengandaian. Semestaku berjalan seperti biasa. Bumi bergerak dengan kecepatan konstannya. Saya pun demikian. Kadang tersadar sesaat untuk sedikit bergerak lebih cepat atau lebih lambat. Atau menyimpang dari keseharusan. Tapi bisa kau bayangkan jika bumi bergerak menyimpang dari kecepatan konstannya. Para makhluk yang berdiam di permukaannya akan pusing. Muntah dan mabuk kendaraan bumi. Tiba-tiba ngerem, tiba-tiba bergerak laju. Akan terjadi Chaos di semesta. Tak hanya bumi dan segala yang melekat secara magnetis di tubuhnya tapi juga pada tata surya dan galaksi bima sakti.
Tampak begitu menyeramkan bukan? Saya mencoba bermeditasi menjadi Bumi. Mencintai langit, Bulan, dan bintang. Bergerak pada keharusan yang telah ditetapkan.

Baru saja saya membaca ulasan tentang Ilmuwan Stephen Hawking di majalah lama punya Bapak. Si jenius yang berkursi roda dan tak mampu bicara itu. Buku terbarunya berjudul “Grand Desain”. Tunggu, biar saya buka kembali tentang tulisan itu. Agar saya tak salah memberi informasi akannya. Cukup kontroversi karena Hawking menyimpulkan bahwa penciptaan semesta tidak memerlukan intervensi sesuatu yang supernatural atau Tuhan Semesta yang banyak ini muncul secara alamiah dari hukum fisika (Tempo 7 November '11, hal 60).

Saya bukanlah penganut agama yang taat, namun saya masih percaya bahwa Tuhan adalah sesuatu zat yang menjadikan alam semesta ini. Saya sepakat dengan Einstein yang mengatakan Tuhan tak bermain dadu dalam penciptaannya. Tapi saya pun tak memiliki kecerdasan sehebat Hawking. Pemikirannya telah melompat begitu jauh. Ia telah melakukan quantum Leap. Susuatu yang tak bisa dilakukan oleh otakku yang pas-pasan. Ketika menarik Tuhan sebagai konklusi jawaban dari  pertanyaan-pertanyaan yang ada, maka manusia tidak lagi kritis. Biarlah Hawking yang bertugas mencari jawaban akan pertanyaan-pertanyaan itu. Saya cukup setuju pada akhir tulisan tentang Hawking itu, Ada banyak posisi dalam menanggapi perkembangan sains (fisika, biologi) dan posisi Hawking adalah salah satunya.  Barangkali tepat  belaka pandangan keith Ward dalam God,Chance, and Necessity (1996) bahwa ini adalah perkara interpretasi. Dan Hawking memilih interpretasi materialistic (Tempo 7 November '11, hal 60).

Ah, biarlah semua itu dipikirkan oleh para ilmuwan. Saya tak perlu menambah beban pikiranku akan itu. Kapasitas otakku terlalu sedikit untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan rumit tersebut. Btw, sampai dimanakah kita? Oh iya, tentang diriku. Seperti biasa akan kujawab dengan singkat dan jelas “baik-baik saja. Hanya sedikit melankolis”. Ya, sifat ini tak pernah bisa lepas dariku. Kamu sangat memahami itu.

Apalagi yang ingin saya tulis di sini? Hmmm…. Sepertinya tak ada lagi. Sejatinya ini adalah surat cinta untuk kamu. Tapi saya tak pernah tahu bagaiman menulis surat cinta itu. Waktu SMP dulu saya hanya sering menerima surat cinta. Tak pernah mengirim kepada orang lain. Isinya pun hanya seputar pertanyaan ‘Apakah aku bersedia menjadi pacar dari sang pengirim surat cinta”. Tapi tidak setransparan itu bahasanya. Mendayu-dayu. Mengutip syair lagu romantis. Memuji setinggi langit. Hahahaha. Saya masih menyimpan satu surat cinta. Kelak jika kita bertemu, saya akan memperlihatkannya padamu.

Saya merindukan masa di mana cinta dikatakan lewat surat. Dititipkan diam-diam di dalam halaman buku atau pada teman dekat. Dituliskan pada kertas bermotif bunga berwarna merah.  Sampulnya pun berwarna merah. Baunya wangi karena disemprot parfum. Tapi yang paling saya tunggu adalah sensasi degup jantung yang begitu cepat saat membaca kalimat-kalimatnya. Apalagi jika surat itu datang dari seseorang yang diam-diam juga saya sukai. Membaca hingga akhir kalimat rasanya tidak cukup. Ingin membacanya lagi,lagi, dan lagi. Whoaa!

Hei, apakah kamu pernah menulis surat cinta untuk seseorang? Sesekali menulis suratlah untuk saya. Tak perlu surat cinta. Saya hanya ingin membaca tulisanmu tentangku. Bolehkah ini saya anggap doa?
Hmmm… Kembali pada esensi tulisan yang kusebut surat cinta ini. Ini hanyalah pengistilahan olehku. Agar terkesan sangat indah untukmu. Kamu boleh tak bersepakat. Mungkin karena kamu tak menemukan umbaran kata-kata selangit untukmu. Tapi sesungguhnya ini adalah bahasa cintaku untukmu.

Baiklah jika menginginkannya, saya menuliskannya di kalimat ini saja ya. “Saya rindu kamu. Apa kamu merindukanku juga?”. Semoga kalimat itu sudah cukup sebagai penanda bahwa ini adalah surat cinta.
Sejatinya surat ini haruslah saya kirim lewat pos. Ke tempatmu . Agak susah menitipkannya lewat selipan halaman buku. Karena kita sama-sama tahu bahwa itu mustahil. Semustahil jika saya menitipnya lewat teman dekat.

Tapi dunia telah berubah. Dunia adalah komunikasi digital. Kita hidup di internet. Mengambil sebuah akun yang menjadi alamat rumah. Hanya itu modal alamat yang saya tahu. Tak akan lagi ada sensasi deg-deg-an saat melepas lem perekat sampulnya dengan penuh perasaan. Tak ada lagi rasa penasaran yang membuncah dan meletup begitu hebat. Tapi setidaknya saya tak berbahasa sesingkat SMS atau tweet yang dibatasi karakter dan pulsa. Saya menulis banyak paragraf untukmu. Tiga halaman spasi satu dengan jumlah kalimat lebih dari seribu.

Sejatinya surat ini pun tidak akan saya kirimkan ke email siapapun. Karena ini hanya untuk kamu. Saya sangat  senang jika kamu membacanya. Apalagi jika kamu menyempatkan diri membalasnya. Seperti penutup surat yang biasa saya temui. Kali ini saya ingin menutupnya dengan kalimat , empat kali empat enam belas. Sempat tak sempat harus dibalas.(Saya tetap “memaksamu’ untuk membalasnya;). Sudahlah, saya akhiri saja. Waktu telah bergerak begitu jauh dan saya masih sibuk memikirkanmu. Saya menunggu suratmu untukku.

Friday, April 19, 2013

Keputusan Tersulit


Hei KAMU.
Kamu tahu?
Ini sakit loh! Sakit sekali. Seperti mencabut sesuatu yang tertikam dalam-dalam. Tapi ini semua harus dicabut, tidak boleh dibiarkan supaya saya tidak mati berdarah-darah dan lukannya membusuk karena tikaman dalam yang dibiarkan saja supaya saya tidak sakit saat ini.

Saya tidak tahu kenapa. Setelah hari itu berbicara sangat jelas dan klise kamu tidak bisa menjadi sesuatu dalam hidup saya, kamu tidak mau beranjak dari sana. Seolah memberi saya seberkas sinar yang redup padam kadang terang dan redup lagi. Apa kamu tidak sadar saya lelah dengan semuanya...

Saya tahu, munafik kalau bilang saya menganggap semua itu tidak ada dan sia-sia. Bohong, kalau saya tidak pernah menganggap kamu ada. Tapi yang penting sekarang, bagaimana saya menyobek lembaran itu dan menyimpan kenangan yang baik saja tentang kamu dan memulai lembaran baru lagi dengan rasa yang berbeda, aroma yang berbeda, aroma abadi yang tiada berakhir yang bernama lingkaran pertemanan.
Bukankah itu lebih baik? Sangat baik?
Saya tidak usah menunggu dan mengejar, kamu juga tidak usah merasa bersalah seolah memberi harapan. Semuanya sudah klise sangat jelas dan real.

Hari itu kamu membuat semua itu abstrak lagi. Membuat saya terjatuh lagi dan berpikir lagi, saya tidak bisa kehilangan kamu. Sudah terheliosentris dan butuh kamu..
Tapi sekarang saya ingin memberikan keputusan tersulit yang pernah saya buat.
Keputusan yang entah mungkin saya sesali atau saya tangisi dikedepannnya, atau bahkan membuat saya sangat lega dan bebas..
Saya tidak tahu...
Namun apapun yang terjadi saya harus membuat keputusan tersulit ini. Saya memutuskan untuk melepas kamu pergi dan menarik sauhku untuk berlayar lagi. Tidak peduli kamu akan berteriak atau berbisik pada angin untuk menahanku diam. Saya akan tetap pergi...
Saya yakin kamu akan baik baik saja, karena pada awalnya kamu memang tidak akan pernah ada untuk saya... Dan tidak ada rasa untuk saya...

Kalau tidak dengan cara seperti ini, saya akan selalu meminta kamu untuk mencintai saya.. Mungkin tanpa saya sadari semua yang kamu lakukan adalah karena seolah saya meminta atau kamu yang terlalu baik untuk mencoba. Jadi carilah orang yang tidak pernah meminta apa-apa, tapi kamu mau memberikan segala-segalanya. Saya cuma ingin melepas kamu pergi. Sebelum kita berdua berontak, dan jadi saling benci. Atau bersama-sama cuma karena menghargai.
Saya harap kamu mengerti... Jadi bukan karena saya tidak mau melihatmu lagi... Saya mau jadi teman kamu.. Tapi nanti, sampai hati ini bisa yakin bahwa tidak ada perasaan yang keluar dari sana setelah melihatmu lagi.

Saya lelah menahan-nahan rasa dan membebat erat rasa yang keluar meranggas dengan sendirinya. Yang nantinya mungkin akan tumbuh dengan garang mencekik saya karena saya tidak tegas dalam memberi keputusan. Mungkin terdengar terlalu mengaggungkan apa yang dinamakan harga diri. Tetapi saya memang tidak mau membiarkan sakit yang hanya ditunda untuk menjalar. Jadi saya putuskan sekarang untuk tidak menghubungi kamu..

Kamu perlu ingat..
Hati tidak pernah memilih. Hati dipilih. Jadi, kalau kamu bilang, kamu nyaman dengan saya dan tidak akan melupakan saya, selamanya kamu tidak akan pernah tulus mencintai saya. Karena perasaan itu beda dengan rasa cinta.. Karena hati tidak perlu memilih. Ia selalu tahu ke mana harus berlabuh..

Saya percaya suatu saat nanti kita akan bahagia. Kita punya kesempatan untuk dipilih cinta, dan berserah pada aliran yang membawanya. Ke mana pun itu. Hati selalu tahu... Karena cinta dan hati itu sama...
Sama-sama bebas, seolah tanpa tujuan.
Namun, angin selalu bergerak ke satu tempat dan yang kita butuhkan hanya kejujuran. Kejujuran yang seolah bergerak bersama- sama, langit pun mulai merintikkan hujan sampai apa yang lama tak terungkap akhirnya pecah, meretas, dan Bumi melebur bersamanya. Walau sulit sekali, tapi saya melepaskanmu untuk hari ini, esok dan selamanya...

Untuk kesekian kalinya saya bilang, saya sayang kamu, tolong jaga dirimu baik-baik.
Sampai jumpa lagi nanti.

Saturday, April 13, 2013

Teruntuk Kamu yang Saya Kagumi


Selamat pagi kamu...
Tidak penting memikirkan kapan tepatnya saya menyukai kamu.
Tapi yang terpenting sampai hari ini saya masih dan akan terus mengaggumi kamu.


Apakah kamu tahu,
Bisa Mengenalmu itu adalah sesuatu...
Mungkin seperti mengenal candi...
Ada relief-relief yang tiap lekuk berbeda makna. Ada ruang-ruang tersembunyi di dalam. Dihiasi arca-arca yang indah...
Megah...
Saya terhanyut oleh setiap lekukan kamu..
Membuat saya kaget... Ingin lepas tapi ingin melihat lagi jauh kedalam...
Terdapat rahasia pada setiap sisi...
Dari sisi menghadap matahari terbit... Sampai sisi menghadap laut..

Kalau ide itu bisa di ibaratkan sebuah gunung, maka kamu adalah celah celah batu di punggung gunung yang sejuk. Beserta rimbun semak kamu membuatku ingin berlama lama duduk. Berlindung dari panas, dari angin, sejenak menikmati teguk demi teguk air, remah roti ataupun berbotol-botol yogurt. Saya kemudian terjepit diantaranya, diantara ceruk-ceruk itu. Saya akan senang duduk di salah satu batunya, memandang jauh ke bawah, ke bawah jauh dan bukan ke atas. Saya lalu melupakan puncaknya, yang tinggi dan menggairahkan..
Membayangkanmu seluruhnya mengalir... Semua perasaan tertuang... Menggerojok dengan deras... Meletup-letup sehingga sulit untuk dibendung...


Apakah kamu tahu,
Ketika kamu hilang..
Seketika kemampuan itu mati.
Sulit untuk merangkaikan satu unsur menjadi kesatuan seperti biasanya.
Sewaktu ada kamu..
Seperti itulah kamu membunuh ide. Menjungkirbalikkan kosakata, menghapus huruf-huruf yang biasa mengalir dari ujung jari jari.

Lalu tersadar, tidak ada yang lebih menyenangkan melebihi kenyataan... Menuliskan cinta secuil-pun tidak lebih menyenangkan daripada merasakan cinta. Mengucapkan sayang dari mulut ke telinga lebih menyenangkan daripada menuliskan sayang dari jari ke mata, lalu menyayangimu... Kemudian cemburu jauh lebih menyebalkan daripada hanya menulisnya di kertas.


Apakah kamu tahu,
Saya pernah menari-nari di jantung kamu, berusaha dengan sekuat tenaga mendetakkan irama dengan telanjang kaki disana. Supaya menyimpan suaranya disana supaya kamu bisa mendengar.

Saya pernah ada di sudut kerling mata kamu, saya pernah bersembunyi berusaha menciptakan senyum yang berharap tetap disana selamanya. Walau hanya disudut matamu saja saya menaruh bayanganku.

Saya pernah mencoba bermain di kepalamu, bermain ayunan, menelusuri prosotan meluncur dan turun di hati. Sesampainya disana, ada trampolin. Dengan paksa saya harus menaruh bayanganku dimata supaya kamu melihat saya... Dengan susah payah saya mencoba melompat-lompat dengan riang dan begitu lelah saya segera ke lenganmu. Disitu hangat, saya suka...

Saya juga sering bermain di telingamu. Saya mengalirkan suara dan membiarkannya menggema di sana. Entah iseng mengeja namamu, cerewet mengingatkanmu, berbisik manja, atau menyanyikan melodi rindu.
Kamu kira saya bercanda? Kali ini saya tidak bercanda.

Saya juga sering mengunjungi mata kaki kamu, disitu saya akan membawa kamera, saya potret langkah-langkah yang kamu pijak, kemanapun di seluruh dunia. Mencoba menyelami duniamu karena disana saya mau saya ada...

Saya juga suka duduk duduk di sela jemari kamu. Di situ daerah hangat kedua setelah lenganmu. Maaf, saya suka tak sengaja tertidur disana.

Jadi, sadarkah kamu?
Ada saya yang mencoba menjejaki semuamu.
Ada saya yang ingin menjadi udaramu.

Tuesday, April 9, 2013

Saya dan Kamu yang Tidak akan Pernah Dapat Menjadi Kita


Pagi ini...
Masih berkabut. Saya masih mencoba katupan mata. Pikiranku sudah berpendar kemana-mana, tapi yang kutemukan hanya sepi. Tidak seperti kemarin kemarin. Tidak seperti pagi yang lalu. Karena kamu...
Menghilang seperti kabut. Meninggalkan setitik air yang menghangat. Berbeda dengan embun yang menyegarkan daun. Tetapi kamu meninggalkan se-jentik air yang menghangat di pelupuk mata.

Pagi ini.
Masih berkabut. Saya coba membuang kebiasaan itu. Kebiasaan yang menyebalkan sewaktu saya masih bersamamu. Tetapi sekarang ada setitik rindu yang terbangun namun sadar kamu sudah lenyap. Saya mencoba untuk mengkira-kira apa yang kamu lakukan pagi ini. Apakah masih sama seperti biasa atau kamu melakukan hal yang lain. Kamu sering berkata jangan suka mengira, gunakan kontemplasi-mu saja. Tapi kamu harus tau, inilah saya... Hidup dengan membayangkan. Tanpa berani bertanya langsung padamu, sedang apakah kamu pagi ini?

Apakah kamu...
Duduk menghadap jendela kamarmu yang terbuka. Pikiranmu menerawang sambil menutup mata. Membiarkan pohon dan udara haru menyaksikan hari-hari lampau bergetar di jari-jari, lengan, dan bahumu. Memikirkan saya...
Sayang, kamu bukanlah saya. Tidak ada sedikitpun saya dalam rongga kepalamu. Tidak seperti saya yang menghabiskan waktu, memikirkan sedang apa kamu dikamarmu, apa kamu mengingatku, apa warna bajumu hari ini, apa kamu memimpikanku.

Ataukah pagi ini kamu...
Mandi dan menangis merasakan air kedinginan dan kesepian luar biasa, seperti sayupan rindu  pohon-pohon kepada daun-daunnya yang hanyut di air kali dan tersangkut entah di mana sambil meresahkanku dalam kejauhan ini.
Sayang, kamu bukanlah saya. Tidak ada sedikitpun saya bahkan dalam aliran air mandimu. Yang kamu pikirkan bagaimana saya tidak terlambat hari ini. Tidak seperti saya yang menangis dalam diam gemericik air hangat dan sabun tidak bisa menyembunyikan rasa kehilanganku padamu. Sebelum dan sesudah ini akan sama saja. Sepi...
Karena tidak ada kamu.

Atau asumsiku benar pagi ini...
Kamu belum bangun dari tempat tidur dengan selimut penuh buah ceri yang menguak di bagian dada. Di langit-langit kamarmu, neon yang  belum tidur kamu bayangkan sebagai mataku yang memendarkan kenangan.
Sayang, bahkan warna selimutmu saya pun belum tahu. Saya ingin bertanya namun kamu tidak mau menjawab. Tidak mau mengenal saya lagi. Saya terlalu berharap. Mendengar kisahmu seharian. Mengeluh padaku. Menceritakan separuh bebanmu. Saya rela, saya rela mendengarkannya. Tetapi bahkan kenangan itupun tidak ada. Tidak ada wajahku di lampu tidurmu. Tidak pernah ada.

Atau, kalau saya boleh berharap, bermimpi...
Kamu sedang duduk membuka komputer, membaca tulisan ini, dan menemukan kita pada setiap kata, dan kamu tersenyum. Menemukan kisah kita dalam tulisan saya. Dan tahu siapa saya dan siapa kamu.
Sayang, itu cuma harapan, mimpi. Bahkan mengingat namaku saja membutuhkan waktu 3 menit. Tidak seperti saya yang selalu terkena elektra menyengat setiap saja melihat namamu.


Saya tahu kita ada dalam dunia yang berbeda...
Sehingga saya dan kamu tidak bisa menjadi kita...
Tapi saya minta..
Bolehkah saya memunguti setiap kenangan yang ada dan menyatukan dalam bingkai?
Setelah itu saya akan kunci dan saya akan buang kuncinya itu jauh jauh.
Supaya tidak akan ada lagi kita..
Yang ada hanyalah saya yang tidak tahu siapa itu kamu.

Friday, April 5, 2013

Kenapa Jatuh Cinta



Kenapa disebut “jatuh cinta” kenapa bukan “bangun cinta” atau “bangkit cinta” sebuah pertanyaan ini muncul dari seorang teman, awalnya iseng tapi dia lalu menantang saya untuk menuliskannya.

Kembali ke kata “jatuh” pada kata “jatuh cinta” di wikipedia menulis seperti ini:

In romantic relationships, falling in love is mainly a Western concept of moving from a feeling of neutrality towards a person to one of love. The use of the term "fall" implies that the process is in some way inevitable, uncontrollable, risky, irreversible, and that it puts the lover in a state of vulnerability, in the same way the word "fall" is used in the phrase "to fall ill" or "to fall into a trap". The term is generally used to describe an (eventual) love that is strong.

Maka terjemahan bebasnya adalah: “jatuh cinta” adalah sebuah konsep yang mengubah perasaan netral seseorang kepada seseorang lainnya karena cinta. Kata “jatuh” sendiri menyiratkan sebuah proses yang tidak terelakkan, tidak dapat dikontrol, beresiko, dan ireversibel. Dalam hal ini kita bisa menempatkan kekasih kita dalam keadaan rentan. “jatuh cinta” juga sama dengan “jatuh sakit” atau “jatuh dalam perangkap”. Istilah “jatuh cinta” juga sering sekali digunakan untuk mengungkapkan perasaan yang kuat terhadap seseorang.

Kesimpulan saya: kata “jatuh” biasanya terjadi kepada sesuatu/seseorang yang kehilangan keseimbangan atau tidak punya pertahanan yang kuat. Sayang sekali kita tidak bisa mengontrol perasaan ini. Sehingga kita selalu “jatuh”.

Begitupun dengan saya, saya akan “jatuh cinta” ketika tidak punya pertahanan yang kuat. Kekasih yang saya jatuhi pun tidak punya pertahanan ini. Sebaliknya ketika kekasih saya “jatuh cinta” terhadap saya. Dia pun tidak punya pertahanan yang kuat.

Anggap saja kekasih saya adalah hujan. Ketika hujan “jatuh”, dia tidak punya pertahanan yang kuat. Tapi dia percaya bahwa bumi dan tanah akan menerimanya. “jatuh cinta” mengandung resiko: diterima atau tidak diterima. Kalau tidak diterima ada kemungkinan kita mengalami “luka cinta” karena kata “jatuh” resikonya adalah “luka.”

Anak kecil yang sedang  belajar berjalan pun sering “jatuh” ketika merangkak, lalu berjalan. Tetapi mereka menyenanginya. Karena ketika dia tidak “jatuh”, sampai kapanpun dia tidak akan belajar berjalan.

Sampai di titik ini, kesimpulan saya—bukan akhir dari segala sesuatu:


Ketika “jatuh” sudah resiko kamu akan terluka. Tetapi tanpa “jatuh” dan menjadi “luka” sampai kapanpun kamu tidak akan pernah belajar sesuatu.

Tidak ada yang lebih menyenangkan ketika kita “falling into love” atau “jatuh cinta” saya akan memilih untuk “jatuh” kepada “cinta” ketimbang “jatuh” kepada “obat-obat terlarang” atau pun “minuman keras”.

“jatuh cinta” yang menyebabkan “luka cinta” tidak akan membuat hidupmu berakhir atau mati. Itu hanya fase hidup. Kita nama-kan saja fase belajar.

Setelah “jatuh” “luka” yang perlu kamu lakukan adalah belajar membalut luka itu sendiri atau dengan bantuan orang lain.

Terakhir, berani untuk “jatuh cinta” sebanyak mungkin.

Jangan terlalu percaya kata-kata saya. Percayalah kata hatimu sendiri.

Monday, April 1, 2013

Hai Kamu


Jatuh cinta kepadamu itu begitu menyenangkan, seperti meringkuk dalam selimut hangat pada malam yang hujan. Seperti menemukan keping terakhir puzzle yang sedang kamu susun. Cinta ini sudah berada di tempat yang seharusnya, diruang hatimu dan hatiku.

Namun, kenapa resah dan tembok yang sengaja kita buat diantara kita itu yang justru merajai kita? Padahal, katanya cinta sanggup menjaga. Aku ingin kamu tahu, diam-diam, aku selalu menitipkan harapan yang sama ke dalam beribu-ribu rintik hujan ketika hujan datang:

Aku ingin hari depanku selalu bersamamu.

Aku mencintaimu. Selalu.

Dan, mereka tak perlu tahu... Mungkin termasuk kamu juga.

Posted via Blogaway

Hujan yang Kurang Ajar!


Ah! Tidak bermaksud untuk menyumpah-serapahi sang hujan. Dalam lamunan ketika hujan, saya selalu memikirkan sesuatu yang random. Hubungan-hubungan yang telah lalu. Wajah kekasih yang kemarin, yang telah pergi meninggalkanku. Lalu bau tubuhnya. Dan kenangan.

Dan katanya ketika hujan turun selalu membawa banyak memori berhamburan di kepala. Memori-memori itu lalu mengepul-ngepul seperti hangatnya kopi yang baru saja disajikan. Mereka tiba-tiba muncul seperti baru.

Seperti baru kemarin kamu mengalaminya. Tetapi mereka datang begitu saja berhamburan di kepalamu. Mungkin tepat ketika banyak orang mengatakan bahwa ketika hujan, itu akan menjadikan kita lebih melankolis daripada biasanya.

Ya, ini soal kekasih. Berulang-ulang kali saya selalu diingatkan oleh Ibu, bahwa hati-hati memilih kekasih. Hati-hati ketika jatuh hati. Karena ini bukan persoalan yang sederhana. Bahwa seringkali cinta selalu mengubah manusia menjadi seseorang yang tidak menyenangkan. Dan hal ini memang benar adanya ketika, urusan hati yang tidak benar itu akan membuat kita juga akan rungsing di luar.

Lalu suatu ketika aku bertanya kepada Ibu. Apa Ibu juga pernah rungsing soal cinta. Iya katanya. Waktu itu ketika Bapak sedang bertugas menjaga perbatasan di Timor Timur, Ibu sempat punya teman dekat laki-laki selain Bapak. Tetapi yang sayangnya dia yang dekat itu terlambat untuk melamarnya. Jadinya Ibu menikah dengan Bapak tak lama sekembalinya Bapak ke Jakarta dari tugasnya. Kalau waktu itu Ibu menikah dengan “Om-Siapa-Itu-Namanya” mungkin sekarang ini tidak ada saya.

Jadi sebenarnya persoalan dulu itu sederhana saja. Hanya soal siapa cepat dan dia yang dapat. Begitu pikir saya. Sedangkan sekarang lebih sulit. Bukan masalah siapa cepat. Tetapi siapa yang bisa meyakinkan.

Laki-laki yang punya keyakinan akan dirinya akan mampu meyakinkan orang lain, akan mampu meyakinkan kekasihnya untuk hidup bersamanya. Sayang sekali laki-laki yang seperti itu jarang ditemukan di jaman digital sekarang ini.

Saat ini yang saya perhatikan adalah banyak laki-laki yang penakut (atau pengecut?). Mereka tidak percaya sama diri mereka sendiri dan itu yang membuat mereka sulit percaya kepada orang lain. Bisa seperti itu atau bisa juga itu semua karena saya selalu punya ekspektasi yang terlalu tinggi terhadap orang lain.

Kembali ke hujan. Mungkin hal-hal dan pemikiran seperti ini datang hanya ketika hari sedang hujan. Membuat saya kepada melankoli yang terlalu berlebihan. Nah, bisa jadi saya juga dipermainkan oleh hujan.

Hujan yang kurang ajar! Yang buat saya rindu masa lalu.

Posted via Blogaway

Friday, March 29, 2013

The Ending of US


Do you want me to tell you something really subversive? Love is everything it’s cracked up to be. That’s why people are so cynical about it. It really is worth fighting for, being brave for, risking everything for. And the trouble is, if you don’t risk everything, you risk even more.

It's not okay that you hurt me, but I am okay. I deserve more, and I know that now. And maybe you knew that inside, that you couldn't give me that yet. So you set me free. We would've been so great, you would never have wished for more than I would've given you. But you never gave it a chance. So now you'll never know what could've been.

I'm starting to learn. You can't make someone love you. You can't make someone be faithful to you. You can't control your own fate sometimes. Things happen.. good, bad, indifferent. You just have to let some things go and hope they turn out for the best. It's like falling off a horse. You're in the air and you know it's going to hurt like hell when you hit the ground. But there isn't enough time to stop it.

Maybe someday, maybe you'll regret it, maybe someday you'll think it was the best decision you ever made, but maybe someday you'll see me walking, smiling and happy, alongside someone who's also smiling and happy because he has my heart. Maybe then you'll stop and realize what you're missing, because someday, someone is going to thank you for letting me go...

Posted via Blogaway

Tuesday, March 26, 2013

Is Everything Gonna be Okay?


These last three entries are made every one day apart.
Never been this productive before.

I like how my best inspirations come through prayers. I like bagaimana saya bisa menikmati duduk diam sehabis sholat, and above all, I like how He never fails to comfort me and sooth my soul dan kasih jawaban atas semua pertanyaan yang manusia tidak sanggup pikirkan.

Have you ever cried until you're choked up? Until you feel like you can't breath?
Banyak persoalan dalam hidup yang kadang-kadang saya capek simpen sendiri, that I don't want orang lain jadi kepikiran, tapi saya capek mikirinnya setengah mati, sendirian. Rasanya saya tidak mau membebani orang lain, tapi malah saya yang terbebani. Saya tidak mau orang lain jadi susah, tapi saya yang jadi susah sendiri.
Sampai pada akhirnya Ibu saya bilang, "Yan, you can always talk to God."
Simpel tapi nampolnya kenceng.
I've learned that, semua bisa mengecewakan. Orang terdekat dan keadaan bisa tidak menyenangkan. Tapi satu hal yang saya pelajari juga adalah saya selalu bisa ngadu ke Allah, anytime, anywhere, any situation any mood, any season of temptation or joy. The best part? Without fear of being judged.

You are shaking your head, aren't you? You thought, "Oh here's another one of those religious people that's gonna lecture me how to live my life and how to get right with God."
No, I'm not going to preach at you. I'm only gonna share my personal stories.

Everything's gonna be okay.
Cliche isn't it?
People tell you that all the time, to make you feel better, to comfort you, or simply, because they're tired of listening to you whining, whining, and whining all over again.
But if you take a look around you every day, it doesn't seem that way, does it?
Tidak usah jauh-jauh, what do you see when you turn on the telly? Worldwide conflicts and wars.

Mungkin keadaan kamu dan saya belum indah, mungkin kita masih berada di atas perahu yang terombang-ambing di laut lepas regardless of with a direction to go or no direction to go, mungkin kita belum bisa lihat daratan, dan belum bisa menemukan titik terang dalam hidup kita, tapi kalau Yang Diatas sudah menjanjikan bahwa we shall never walk alone in every steps we take, in His time, which is always the right time, semuanya bakal jadi indah. Percaya deh! :)

Jadi, if you still wonder.. Is everything gonna be okay?
Saya kasih tau. Yes, it is.